Senin, 17 Maret 2008

HEGEMONI PT. NEWMONT NUSA TENGGARA DALAM MENGURAS KEKAYAAN ALAM INDONESIA

PT. Newmont Nusa Tenggara adalah salah satu perusahaan raksasa dunia yang menguras kekayaan alam masyarakat Indonesia secara umum dan secara khususnya masyarakat Tongosejorong Kabupaten Sumbawa Barat. Masyarakat tidak mendapatkan apa-apa dari keberadaan PT. NNT, yang justru masyarakat mendapatkan penderitaan yang begitu pahit akibat ulah pemerintah dan PT. NNT yang tidak manusiawi. Apakah masyarakat harus di jadikan korban alat pemerasan bagi segelintir orang dalam mendapatkan kemewahan dari PT. NNT. Mulai dari persoalan pembagian aset daerah yang timpang, pembuangan tailing, kemiskinan, penganguran, marginalisasi dan pergeseran sosial budaya. Sementara masyarakat sumbawa yang dulunya memiliki solidaritas dan kepekaan sosial yang tinggi, sekarang hanya tinggal kenangan manis dari sejarah masa lalu mereka.
Manusia hidup tidak lepas dari konstruksi sejarah masa lalu sebagai piranti menuju masa depan. Seolah-olah masyarakat Sumbawa mengalami disorientasi dan stagnasi kehidupan yang tidak jelas di era modernisasi dan industrialisasi zaman. Kehidupan masyarakat sumbawa dari hari kehari tidak ada perubahan yang signifikan dalam meningkatkan taraf kehidupan dan ekonomi masyarakat. Justru yang terjadi sekarang konflik antar sesama masyarakat, yang pro (masyarakat yang dijadikan karyawan PT. NNT) dan kontra (masyarakat kritis yang tidak di berikan peluang dalam mendapatkan akses terhadap PT. NNT). Karna asumsi PT. NNT terhadap masyarakat kritis sangat berbahaya bagi masa depan PT. NNT. Mereka kehilangan eksistensi kemanusiaan sebagai manusia yang bebas dan merdeka. Kemanusiaan mereka dirampas secara paksa demi memenuhi kepentingan pemilik pemodal yang serakah.
Kehidupan masyarakat Tongosejorong tidak jelas dan tidak terarah, sebab mata pencaharian masyarakat tidak ada lagi. Lokasi pertanian, perkebunan dan pegunungan yang dulunya sebagai sumber mata pencaharian, sekarang dijadikan lokasi tambang PT. NNT, mereka hanya berdiam melihat kondisi masa depan mereka yang tidak jelas lagi. Mereka membutuhkan biaya dalam menghidupi anak dan keluarga, sementara lapangan pekerjaan sudah sempit dan tidak bebas lagi masuk kedalam lokasi PT. NNT untuk mencari kayu, rotan, madu untuk dijual demi memenuhi biaya hidup. Masyarakat berani mempertaruhkan nyawa dalam mencari kebutuhan hidup ditengah melimpahnya kekayaan akan sumber daya alam.
Masyarakat Tongosejorong tidak lagi hidup secara alami dari keindahan alam, kini hanya tinggal dibebatuan dan tanah gersang bekas galian tambang. Membahayakan kehidupan mereka ketika terjadi gempa dan longsoran. Hak hidup masyarakat Tongosejorong sebagai manusia di rampas PT. NNT. Mereka tidak ada jalan lagi untuk mengadu kepemerintah untuk memperdulikan nasib dan hidup mereka yang terlantar, hanya tinggal mengadu nasib dan pasrah kepada Tuhan. Terserah apakah Tuhan melindungi atau tidak, yang jelas mereka sudah berusaha untuk mencari perlindungan dalam menyelamatkan kehidupan dan masa depan keluarga mereka. Begitu pahitnya kehidupan yang harus ditanggung masyarakat yang tidak berdosa akibat kebijakan pemerintah yang tidak bertanggung jawab dan tidak manusiawi.
Dimanakah letak nurani sebuah bangsa yang beradab dalam melihat penderitaan dan kemiskinan. Kemiskinan bukan disebabkan masyarakat malas untuk bekerja, akan tetapi kemiskinan masyarakat Tongosejorong di rekayasa sedemikian rupa oleh proyek globalisasi neo-liberalisme. Dunia ketiga seperti Indonesia dipaksa untuk menerima paket kebijakan IMF, WTO, ADB, CGI, IGGI dalam mengatur perekonomian bangsa. ternyata kebijakan tersebut hanyalah impian dan rayuan manis. Apa boleh buat aset-aset Negara di privatisasi dan dijual karena mentalitas aparat pemerintah mudah dibujuk dan di rayu dengan uang. Di sisi lain neoliberalisme menggerogoti negara agar tidak memiliki kekuatan dalam mengatur paket kebijakan tersebut.
Inilah ritus kekerasan PT. NNT yang berselingkung dengan pemerintah dalam menyengsarakan kehidupan masyarakat. Masyarakat yang dulunya ,memiliki nilai social budaya sebagai modal social. sekarang nilai kearifan lokal budaya masyarakat Tongosejorong punah dimakan zaman. Masyarakat Tongosejorong tercerabut dari aspek sosial dan budaya yang memiliki landasan dan akar sejarah kehidupan yang jelas sebelum masuk PT. NNT beroperasi. Keterkungkungan dan alieansi kehidupan masyarakat akibat dari kerakusan PT. NNT dalam merampas kekayaan alam masyarakat. ukuran kemajuan yang selalu dipakai oleh pihak PT. NNT selalu memakai ukuran modernitas ala eropa dalam mengukur kehidupan masyarakat. Selalu mengabaikan narasi-narasi kecil sebagai identitas social masyarakat, yang semesti selalu dijaga oleh semua pihak dalam menjaga keragaman dan pluralitas identitas.
Fase perkembangan industrialisasi pada abad ke-15 diperancis menandakan kemenangan awal bagi kaum kapitalisme klasik dalam menguasai kekayaan alam. Industrialisasilah menjadi alat hegemoni dalam menguasai hajat hidup manusia dan di sisi lain menjadi alat hegomoni yang strategis bagi kaum pemodal yang bekerja sama dengan kaum bangsawan local (raja) dalam menipu masyarakat. Barang milik masyarakat dibeli dengan murah bahkan dirampas dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingan dagang mereka, maklum masyarakat pada zaman itu belum berani melawan para tiran yang tidak memiliki nurani dan rasa perikemanusiaan. Semua jalan mereka legalkan dengan modus hegemoni kekayaan negara Indonesia yang berlimpah.
“Adam Smith” adalah bapak ekonomi dunia sebagai peletak dasar pemikiran kapitalisme yang menjelaskan bekerjanya mekanisme hukum pasar atas dasar dorongan kepentingan pribadi untuk berkompetisi dalam menentukan mekanisme pasar. Siapa yang memiliki kekuatan modal yang besar maka dialah sebagai pemenang kekuatan. Kapitalismelah yang membawa dunia pada system perekonomian yang tunduk sepenuhnya pada mekanisme pasar dimana kekuasaan privat diberi peran yang lebih dominan ketimbang peran negara dalam mengatur mekanisme pasar. Pada tahun 1996 terjadi resesi ekonomi yang melanda negara Indonesia, mekanisme pasar yang semrawut, korupsi, kolusi dan nepotisme dijadikan indicator yang menyebabkan terjadinya krisis. Persoalan KKN bukan faktor utama yang menyebabkan krisis melainkan pada scenario pasar diatur oleh bandit-bandit ekonomi dan akhirnya terjadi krisis dan kebangkrutan ekonomi indonesia. Pemerintah ORBA (Soeharto) tidak bisa berbuat apa-apa dalam menanggulangi krisis moneter, akhirnya BUMN milik negara menjadi sasaran untuk dijual kepada segelintir pemodal dalam menutupi utang negara.
Modus perbudakan berbeda dengan zaman industri di mana industri menjadi alat penguasaan, seiring dengan perubahan zaman dan teknologi di abad abad 21 (millennium) maka bagi kaum kapitalisme melakukan pembenahan diri dalam memperhalus modus penipuan, bukan hanya pada tumpuan ekonomi semata melainkan di seluruh ranah kehidupan masyarakat baik ekonomi, social, budaya, politik, dan agama. semua identitas social masyarakat sudah dimodifikasi supaya memiliki nilai guna dan nilai tukar. Sadar atau tidak kehidupan kita sudah diatur dan didesain oleh proyek Modernitas Eropa yang bernama Globalizations menjungkir balik tatanan kehidupan manusia. Globalisasi adalah proyek modernitas eropa yang belum berakhir pasca perang dunia kedua yang menandakan kemenangan kapitalisme dalam meruntuhkan negara Uni Soviet sebagai representasi bagi kaum sosialisme.
Belum berakhirnya hegomoni Barat atas Timur dalam memperluas wilayah jajahan dalam menguasai dan menguras kekayaan alam dunia ketiga. Tidak ada satupun identitas social masyarakat dijadikan alat perlawanan dalam mengcounter tumbuh suburnya paham atau ideology kapitalisme neo-liberal yang bertumpu pada materi. Seolah-olah nilai kemanusiaan manusia diukur secara materi dan menafikan sifat non materi (fitrah manusia) sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang memiliki agama sebagai sandaran dan tumpuan dalam membangun harmonisasi kehidupan bukan saja pada aspek kebutuhan material melainkan juga kebutuhan non material, artinya manusia bisa hidup selaras dan seimbang ketika ditunjangi dengan kebutuhan yang non material sebagai modal social manusia dalam mendekatkan diri kepada sang pencipta (Tuhan).
Peranan agama dalam meretas perubahan sosial
Revolusi mustahil muncul kalau tidak ada sandaran teologis agama islam atau agama apapun, yang memberikan inspirasi kesadaran revolusioner. Ketika kita memaknai manusia sebagai mahluk beragama, maka kita akan senantisa bergerak dalam melawan kebodohan, kejaliman dan penindasan. Kerapkali orang memandang bahwa kemiskinan merupakan ujian dari Tuhan, maka harus dijalani dengan kesabaran dan kerja keras. Padahal kemiskinan dan kejaliman merupakan rekayasa dari segelintir orang dalam menyusahkan semua orang. disinilah peranan agama sebagai alat perlawanan dalam melawan penindasan dan kejaliman. Agama bukan hanya sebagai sandaran kesalehan individual dalam mendekatkan diri kepada Tuhan, melainkan juga sandaran dalam membangun kehidupan social, artinya ketika ada penindasan maka fungsi agama sebagai motifator dan inspirator untuk mengerakkan dalam melawan penindasan.
Disinilah peranan utama ulama atau tokoh agama dalam membekali kesadaran akan pentingnya pesan-pesan suci agama langit yang harus dtransformasikan kepada seluruh pemeluk agama agar senantiasa peka terhadap kehidupan social. Tidak akan sempurna keberagamaan/kesalehan seseorang ketika masih diselimutu kemiskinan dan kebodohan, maka mereka perlu dicerahkan dengan pesan-pesan suci agama. Kemiskinan bukan ujian dari Tuhan melainkan kerja tangan yang besi yang tersembunyi dalam merekaya kemiskinan masyarakat Indonesia yang berlimpah kekayaan alamnya. Apakah kita masih terjebak dengan slogan atau tipuan dari Amerika bahwa orang islam itu terbelang, miskin, bodoh, terorisme dll! Apakah kita harus terjebak dan berdiam sebagai orang beragama menyalahkan antara yang satu dengan yang lain. Diam bukan solusi bagi orang penganut agama dalam menunggu jawaban dari Tuhan, melainkan untuk senantiasa bergerak dalam melawan kebodohan yang bersumber dari agama yang tidak membebaskan dalam melawan kemiskinan dan kebodohan yang dialami saudara-saudara kita.
Tentu kita harus jelih, cermat dalam membaca peta politik global dalam mengadu domba antar sesama kita sendiri, supaya kita larut dalam suasana tersebut dan melupakan tujuan utama atau musuh kita dalam melawan kejahatan Amerika dan kawan-kawanya dalam menguras kekayaan alam Indonesia. Kita tidak berharap kepada pemerintah dalam memperbaiki bangsa melainkan pemerintah kita sebagai boneka AS yang siap diperintah. Kesadaran dan keberanian bagi masyarakat adalah modal social dalam membangun kekuatan yang lebih besar untuk bergerak demi cita-cita bersama untuk perubahan dan masa depan bangsa Indonesia yang lebih cerah, makmur, adil dan mandiri.
*wallahu alam bishawab*
Penulis adalah Abdullah, Aktivis HMI-MPO Cabang Makassar dan Pengamat Sosial Kemasyarakatan/HP 0813 5585 2757.